AnakNgalo-- Baterai yang digunakan untuk gadget umumnya berbahan dasar
lithium-ion. Baterai jenis itu punya kelemahan sebab lithium merupakan
mineral jarang yang sebagian besar terdapat di Chili, Argentina, China,
dan Australia. Bahan dasar tersebut yang menjadi salah satu alasan
mengapa baterai gadget mahal.
Untuk membuat baterai dengan harga
lebih murah, ilmuwan mengeksplorasi material lain. Tim peneliti dari
Tokyo University of Science yang dipimpin oleh Shinici Komaba
menciptakan baterai berbasis natrium. Ion natrium digunakan sebagai
katoda atau sebagai kutub positif dan karbon dari gula berperan sebagai
anoda atau kubub negatif.
Ilmuwan membakar gula (sukrosa)
dalam kondisi tanpa oksigen pada suhu 1.800-2.700 derajat Celsius.
Proses ini akan menghasilkan karbon hitam berkualitas tinggi. Dengan
proses ini, baterai sukrosa-sodium menyimpan energi 20 persen lebih
banyak daripada baterai karbon biasa.
Memang masih butuh waktu
untuk mengomersialisasikan baterai ini. Tetapi, jika berhasil
diwujudkan, ada sisi positif yang bisa didapatkan. Manusia takkan
kesulitan mendapatkan bahan baku baterai. Sodium bisa didapatkan di mana
pun termasuk pada garam meja. Sementara jika tetap menggunakan
lithium-ion, meski bisa didaur ulang, tetap punya keterbatasan.
Salah
satu yang masih perlu dikembangkan pada baterai sodium adalah kemampuan
untuk diisi kembali dayanya atau di-charge. Saat ini, kemampuannya
masih lebih rendah dibandingkan baterai lithium. Komaba seperti
diberitakan Discovery pada Kamis (27/9/2012) mengatakan, masih butuh waktu sekitar lima tahun untuk menyempurnakan baterai sodium.(kompas.com)

No comments:
Post a Comment